Ikan Singkur Ikan jenis ini banyak ditemukan di kepulauan Bangka Belitung, ikan segar cocok diolah menjadi berbagai macam olahan salah satunya ikan panggang, aroma ikan yang semerbak menjadikan ikan ini diminati oleh berbagai kalangan di masyarakat. ikan singkur pun menjadi primadona, ditemani sambal iris bawang dan perasan jeruk limau sungguh meenggugah selera bagi siapa saja yang mencium aromanya. datang dan coba sensasi ikan bakar di Bangka Belitung.
Sudah menjadi rahasia
umum bahwa Negara Indonesia merupakan negara dengan keragaman yang besar.
Beragam adat, budaya, dan bahasa menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang kaya.
Negara dengan semboyan berbeda-beda tetapi tetap satu jua atau lebih dikenal
dengan Bhineka Tunggal Ika ini, erat kaitannya dengan istilah inklusi sosial.
Inklusi sosial adalah upaya menempatkan martabat dan kemandirian individu
sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang ideal. Negara dengan
tingkat keberagaman yang tinggi memerlukan inklusi sosial, terciptanya inklusi
sosial yang baik akan menyebabkan persatuan di Indonesia yang akan semakin baik
pula. Penduduk di Indonesia diproyeksikan
akan mencapai 266,91 juta jiwa pada tahun 2019. Dengan bonus demografi lebih
dari 68% (Bapennas, 2018). Bonus demografi merupakan kondisi di mana jumlah
penduduk usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif. Itu artinya
pemuda memegang peranan penting sebagai penggerak inklusi sosial.
Salah satu peran pemuda
yang dapat dilakukan untuk mendorong proses inklusi sosial adalah menjadi
manusia yang memanusiakan. Jika hakikat manusia ingin selalu diperlakukan
dengan baik, diakui keberadaanya serta terpenuhi hak-haknya. Maka, seluruh
makhluk hidup yang menyandang status sebagai manusia akan memperoleh hak yang
sama. Tetapi selain hak, ada kewajiban yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
Ironinya, tidak semua manusia memperoleh hak yang sama serta tidak semua
manusia menunaikan kewajibannya. Sebagian orang, hanya berpikir bahwa hak nya
harus terpenuhi tanpa peduli dengan hak orang lain. Mereka akan menghalalkan
segala cara agar keinginanya tercapai, meskipun harus mengambil hak orang lain.
Sifat egois dan intoleransi seolah mendarah daging dalam diri mereka. Sehingga
jika jumlah masyarakat yang berpikir demikian semakin banyak, maka bukan tidak
mungkin jika mereka akan menjadi pemecah belah bangsa.
Maka dari itu, pemuda di
Indonesia sudah seharusnya menjadi manusia yang memanusiakan. Selalu memegang
teguh prinsip Bhineka Tunggal Ika. Karena kita adalah sama, yaitu sama-sama
manusia yang memiliki hak dan kewajiban. Berhak memeluk keyakinan yang berbeda,
suku yang berbeda, serta berhak memiliki bahasa yang berbeda. Mengingat, bahwa
di samping hak kita juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi yakni
menghargai antar sesama manusia. Negara kita sudah memiliki bahasa persatuan
yakni bahasa Indonesia sehingga jika masyarakat khususnya pemuda memahami hak
dan kewajiban mereka, sudah dipastikan tidak akan ada perselisihan mengenai bahasa.
Negara kita juga memiliki enam agama yang sudah diakui, sehingga tidak ada
alasan untuk kita berselisih karena agama. Negara kita memiliki 1.340 suku di
Indonesia yang tersebar dari sabang sampai merauke, sehingga tidak ada alasan untuk
berselisih akibat perbedaan suku dan budaya. Semua agama mengajarkan kebaikan, dan
semua bahasa diciptakan agar kita saling memahami. Begitupun perbedaan suku, semua
itu ada agar kehidupan manusia lebih berwarna. Jadi, jika masih saja ada
perselisihan akibat hal-hal di atas. Itu artinya, mereka tidak memiliki rasa
toleransi yang tinggi. Toleransi sangat dibutuhkan di negara kita, dengan
adanya toleransi akan tercipta negara yang damai serta makmur. Dengan
terciptanya toleransi tidak akan ada lagi yang berselisih paham. Masyarakat
bebas mengekspresikan dirinya, baik dari agama yang berbeda, suku yang berbeda
serta bahasa yang berbeda. Tingginya tingkat toleransi memberikan kesempatan yang
sama bagi masyarakat tertinggal untuk maju dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Toleransi juga dapat tumbuh ketika kita lebih banyak mendengar daripada
berbicara. Mungkin, ini adalah salah satu alasan mengapa Tuhan menciptakan dua
telinga dan satu mulut. Dengan banyak mendengar kita akan mengetahui mengapa
perbedaan itu dapat muncul sehingga toleransi akan tumbuh. Dengan mendengar pula,
kita akan berpikir, bagaimana cara menghargai.
Untuk itu, sebagai
generasi penerus bangsa mari kita bersama-sama menjadi manusia yang
memanusiakan agar terciptanya inklusi sosial. Serta menjadi manusia dengan
toleransi yang tinggi, karena keberagaman di Indonesia bukanlah alasan untuk
kita berselisih.
Komentar
Posting Komentar