Langsung ke konten utama

Dulu, aku begitu mengharapkanmu.

Ada pepatah lama yang mengatakan tak kenal maka tak sayang. Sialnya aku lebih dulu "sayang" sebelum mengenalmu. Bagaimana mungkin? Mungkin saja, kita bisa saja jatuh hati meski belum pernah bertemu. Lalu bagaimana? Daring, menjadi salah satu jalan yang memiliki peluang itu. "Jatuh cintanya daring, patah hatinya luring" ini adalah kalimat ter-pahit yang pernah aku alami sebelumnya. Aku pernah... Mengharapkan temu yang tak kunjung kau jamu, mengharapkan rindu yang tak kunjung kau redam, mengharapkan janji yang tak pernah terbukti. Ya, benar. Daring mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Bahkan dulu... Aku begitu mengharapkanmu. Menunggu kabar yang tak kunjung ku dapat. Padahal kau hanya membalas pesan ketika sempat. "Aku ini kau anggap apa?" Pertanyaan bodoh yang sudah kuketahui jawabannya. Aku memilih menjauhimu lebih dulu, meski tanpa kau jelaskan berulang kali, aku sudah begitu paham. Bahwa kau memintaku untuk menjauh. Kini, mendengar namamu tak

Menjadi Manusia yang Memanusiakan


Sudah menjadi rahasia umum bahwa Negara Indonesia merupakan negara dengan keragaman yang besar. Beragam adat, budaya, dan bahasa menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang kaya. Negara dengan semboyan berbeda-beda tetapi tetap satu jua atau lebih dikenal dengan Bhineka Tunggal Ika ini, erat kaitannya dengan istilah inklusi sosial. Inklusi sosial adalah upaya menempatkan martabat dan kemandirian individu sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang ideal. Negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi memerlukan inklusi sosial, terciptanya inklusi sosial yang baik akan menyebabkan persatuan di Indonesia yang akan semakin baik pula.  Penduduk di Indonesia diproyeksikan akan mencapai 266,91 juta jiwa pada tahun 2019. Dengan bonus demografi lebih dari 68% (Bapennas, 2018). Bonus demografi merupakan kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari usia tidak produktif. Itu artinya pemuda memegang peranan penting sebagai penggerak inklusi sosial.

Salah satu peran pemuda yang dapat dilakukan untuk mendorong proses inklusi sosial adalah menjadi manusia yang memanusiakan. Jika hakikat manusia ingin selalu diperlakukan dengan baik, diakui keberadaanya serta terpenuhi hak-haknya. Maka, seluruh makhluk hidup yang menyandang status sebagai manusia akan memperoleh hak yang sama. Tetapi selain hak, ada kewajiban yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Ironinya, tidak semua manusia memperoleh hak yang sama serta tidak semua manusia menunaikan kewajibannya. Sebagian orang, hanya berpikir bahwa hak nya harus terpenuhi tanpa peduli dengan hak orang lain. Mereka akan menghalalkan segala cara agar keinginanya tercapai, meskipun harus mengambil hak orang lain. Sifat egois dan intoleransi seolah mendarah daging dalam diri mereka. Sehingga jika jumlah masyarakat yang berpikir demikian semakin banyak, maka bukan tidak mungkin jika mereka akan menjadi pemecah belah bangsa.
Maka dari itu, pemuda di Indonesia sudah seharusnya menjadi manusia yang memanusiakan. Selalu memegang teguh prinsip Bhineka Tunggal Ika. Karena kita adalah sama, yaitu sama-sama manusia yang memiliki hak dan kewajiban. Berhak memeluk keyakinan yang berbeda, suku yang berbeda, serta berhak memiliki bahasa yang berbeda. Mengingat, bahwa di samping hak kita juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi yakni menghargai antar sesama manusia. Negara kita sudah memiliki bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia sehingga jika masyarakat khususnya pemuda memahami hak dan kewajiban mereka, sudah dipastikan tidak akan ada perselisihan mengenai bahasa. Negara kita juga memiliki enam agama yang sudah diakui, sehingga tidak ada alasan untuk kita berselisih karena agama. Negara kita memiliki 1.340 suku di Indonesia yang tersebar dari sabang sampai merauke, sehingga tidak ada alasan untuk berselisih akibat perbedaan suku dan budaya. Semua agama mengajarkan kebaikan, dan semua bahasa diciptakan agar kita saling memahami. Begitupun perbedaan suku, semua itu ada agar kehidupan manusia lebih berwarna. Jadi, jika masih saja ada perselisihan akibat hal-hal di atas. Itu artinya, mereka tidak memiliki rasa toleransi yang tinggi. Toleransi sangat dibutuhkan di negara kita, dengan adanya toleransi akan tercipta negara yang damai serta makmur. Dengan terciptanya toleransi tidak akan ada lagi yang berselisih paham. Masyarakat bebas mengekspresikan dirinya, baik dari agama yang berbeda, suku yang berbeda serta bahasa yang berbeda. Tingginya tingkat toleransi memberikan kesempatan yang sama bagi masyarakat tertinggal untuk maju dan menjadi pribadi yang lebih baik. Toleransi juga dapat tumbuh ketika kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Mungkin, ini adalah salah satu alasan mengapa Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut. Dengan banyak mendengar kita akan mengetahui mengapa perbedaan itu dapat muncul sehingga toleransi akan tumbuh. Dengan mendengar pula, kita akan berpikir, bagaimana cara menghargai.

Untuk itu, sebagai generasi penerus bangsa mari kita bersama-sama menjadi manusia yang memanusiakan agar terciptanya inklusi sosial. Serta menjadi manusia dengan toleransi yang tinggi, karena keberagaman di Indonesia bukanlah alasan untuk kita berselisih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kau dan Aku Adalah

Senang itu, ketika senyum simpul muncul dari kedua bibirmu. Terlebih karena aku. Sedih itu, ketika raut kekecewaan tergambar jelas diwajahmu. Lantaran aku. Canda itu, ketika kau bilang cinta. Ternyata hanya pura-pura. Candu itu senyummu, luka itu sedihmu dan bahagia itu ketika kau dan aku sungguh bisa besatu. Nyatanya, semesta tak memberikan ruang lebih kepada sang waktu. Sekadar mewujudkan yang semu menjadi temu. Faktanya, Tuhanpun berencana demikian, takdir tak membuat kau hadir meski hatiku ketar-ketir. Semua tampak nyata dalam imajinasiku. Maaf, mungkin ini sedikit halu. Aku sadar, karena sampai kapanpun. Kau dan aku adalah sebuah ketidakmungkinan.

Cula yang Tersembunyi di Balik Hutan Way Kambas

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan hewani. salah satu kekayaannya dibuktikan dengan luasnya hutan yang ada di Indonesia hingga mencapai 133.300.543 Hektar. Hutan Indonesia yang begitu luas menjadi alasan dijulukinya Indonesia sebagai salah satu paru-paru dunia. Pepohonan yang ada di hutan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Tidak hanya itu, masih banyak potensi hutan di Indonesia jika dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya adalah hutan di Taman Nasional Way Kambas(TNWK) Lampung. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional Way Kambas sebagai ASEAN Heritage Park ke-36 memiliki luas 125.621,30 hektar merupakan habitat dari lima mamalia besar di Sumatra yaitu Gajah Sumatra, Badak Sumatra, Harimau Sumatra, Beruang Madu, dan Tapir. Taman Nasional ya

Pengaruh Pola Pikir Generasi Muda, Terhadap Perkembangan Literasi

Indonesia merupakan sebuah Negara dengan kebudayaan yang sangat beragam. Salah satunya dalam hal agama. Terdapat enam agama yang diakui di Indonesia antara lain: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia merupakan penganut agama Islam terbesar di dunia. Pada tahun 2010 sekitar 87,18% dari 237.641.326 penduduk di Indonesia memeluk agama Islam. Oleh karena itu, perkembangan literasi di Indonesia bahkan dunia, tidak lepas dari kontribusi generasi muda Islam. Literasi selain dikenal sebagai kemampuan menulis dan membaca, juga dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Islam dan literasi cukup erat kaitannya. Menurut keyakinan umat Islam, perintah membaca sudah ada sejak zaman dahulu. Tepatnya, ketika Allah menurunkan ayat Alquran berupa surah al-alaq ayat 1-5 kepada Nabi Muhammad Saw. pada saat beliau bertafakur di gua Hira. Iqro “Bacalah” merupakan perintah pertama All