Ikan Singkur Ikan jenis ini banyak ditemukan di kepulauan Bangka Belitung, ikan segar cocok diolah menjadi berbagai macam olahan salah satunya ikan panggang, aroma ikan yang semerbak menjadikan ikan ini diminati oleh berbagai kalangan di masyarakat. ikan singkur pun menjadi primadona, ditemani sambal iris bawang dan perasan jeruk limau sungguh meenggugah selera bagi siapa saja yang mencium aromanya. datang dan coba sensasi ikan bakar di Bangka Belitung.
Indonesia merupakan
sebuah Negara dengan kebudayaan yang sangat beragam. Salah satunya dalam hal agama.
Terdapat enam agama yang diakui di Indonesia antara lain: Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
Indonesia merupakan penganut agama Islam terbesar di dunia. Pada tahun 2010
sekitar 87,18% dari 237.641.326 penduduk di Indonesia memeluk agama Islam. Oleh
karena itu, perkembangan literasi di Indonesia bahkan dunia, tidak lepas dari
kontribusi generasi muda Islam. Literasi selain dikenal sebagai kemampuan
menulis dan membaca, juga dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam
mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Islam dan literasi
cukup erat kaitannya. Menurut keyakinan umat Islam, perintah membaca sudah ada
sejak zaman dahulu. Tepatnya, ketika Allah menurunkan ayat Alquran berupa surah
al-alaq ayat 1-5 kepada Nabi Muhammad Saw. pada saat beliau bertafakur di gua
Hira. Iqro “Bacalah” merupakan perintah pertama Allah kepada umat manusia untuk
membaca. Namun ironinya, pada tahun 2016 Central
Connecticut State University atau biasa dikenal dengan CCSU menyatakan
bahwa Indonesia menjadi urutan ke-60 dari 61 negara yang memiliki minat baca
terendah di dunia.
Salah satu penyebab rendahnya
literasi di Indonesia adalah pola pikir yang berkembang di masyarakat. Selama
ini kita mengenal anak yang kutu buku adalah anak yang anti sosial. Mereka
identik dengan kesendirian, padahal faktanya membaca atau menulis adalah suatu
kegiatan yang memerlukan konsentrasi lebih. Selain itu, mereka juga biasanya
terkenal pintar. Mereka tidak hanya sekali saja membaca, tetapi perlu
berulangkali untuk memahami bahan bacaan. Bahkan, anak yang gemar membaca akan selalu
meluangkan waktunya setiap hari hanya untuk membaca, entah itu berita ataupun
sekadar membaca buku pelajaran. Semuanya adalah salah satu wujud literasi. Anak
yang suka membaca juga cenderung lebih pintar karena ia mengetahui banyak hal
dari bacaan yang ia baca. Anak yang suka membaca lagi-lagi memiliki kelebihan
yakni pandai menulis. Karena untuk menjadi seorang penulis, kita membutuhkan banyak
kosakata untuk merangkainya menjadi sebuah kalimat yang baik. Banyaknya kosakata
yang dimiliki tak ayal berasal dari proses membaca. Sehingga, jika seorang
penulis mengaku bahwa ia tidak suka membaca, bisa jadi ia telah berbohong. Karena
membaca dan menulis adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Kesalahan
selanjutnya adalah kita cenderung malu jika orang lain menganggap kita sok
pintar, akibat kebiasaan kita yang membaca buku dengan halaman yang tebal serta
judul yang terkesan berat. Sehingga kita akan memilih untuk tidak terlihat
pintar di depan orang lain dengan cara berhenti membaca. Padahal buku dengan
halaman yang tebal tidak selalu berisi bacaan yang berat dan membosankan. Seharusnya
setiap orang berhak memperoleh informasi dengan cara membaca. Karena tidak ada
bahan bacaan yang dilarang untuk di baca. Kecuali jika, isi dari bahan bacaan
tersebut dapat mempengaruhi keimanan kita. Seperti halnya buku tentang sihir, aliran
sesat, dan hal-hal lain yang dapat melahirkan perilaku meyimpang sebaiknya
dihindari.
Literasi sangat penting
bagi generasi muda. Dengan adanya kemampuan mengolah informasi dan pengetahuan,
generasi muda diharapkan dapat membedakan antara baik dan buruk. Melalui
literasi juga, generasi muda akan yakin atas keputusan yang di ambilnya. Karena
sifat batiniah manusia yakni akan selalu berusaha mencari kebenaran, salah
satunya caranya adalah dengan membaca. Islam sudah memiliki sumber kebenaran
dan pedoman hidup mutlak yakni Alquran dan Hadis. Keberadaan Alquran dan Hadis,
tidak akan memberikan tuntunan jika umat Islam sendiri tidak membaca, serta
tidak mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, menumbuhkan
semangat literasi bagi generasi muda Islam jelas sekali urgensinya. Mulai dari
sekarang, mari kita bersama-sama meluruskan kekeliruan yang berkembang di
masyarakat. Bahwa membaca tidak hanya untuk orang-orang yang pintar, dan
membaca juga tidak akan membuat seseorang menjadi anti sosial. Jika membaca
adalah jendela dunia, dan menulis dapat menjadikan kita kekal. Maka, dengan
mengamalkan ilmu pengetahuan melalui tulisan, kita akan menjadi pintu dunia
serta mendapatkan pahala yang tiada hentinya. Tak heran jika banyak ilmuan
muslim yang telah mengubah dunia lewat pemikiran dan ide cemerlang, yang diabadikan
melalui tulisannya. Seperti Ibnu Sina sebagai filsuf yang terkenal di dunia
medis, Al Khawarizmi sebagai ahli matematika, Jabir Ibn Hayyan seorang ahli
kimia serta masih banyak lagi ilmuan muslim yang namanya sudah mendunia. Mereka
telah memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan. Sangat disayangkan, jika
kita sebagai generasi muda Islam hanya diam berpangku tangan, tanpa ingin melanjutkan
estafet perjuangan demi terciptanya ilmu pengetahuan yang lebih baik.
Ayo berkontribusi untuk
kemaslahatan umat Islam. Perjuangan masih panjang, mari kita awali dengan
banyak membaca.
Komentar
Posting Komentar