Langsung ke konten utama

Dulu, aku begitu mengharapkanmu.

Ada pepatah lama yang mengatakan tak kenal maka tak sayang. Sialnya aku lebih dulu "sayang" sebelum mengenalmu. Bagaimana mungkin? Mungkin saja, kita bisa saja jatuh hati meski belum pernah bertemu. Lalu bagaimana? Daring, menjadi salah satu jalan yang memiliki peluang itu. "Jatuh cintanya daring, patah hatinya luring" ini adalah kalimat ter-pahit yang pernah aku alami sebelumnya. Aku pernah... Mengharapkan temu yang tak kunjung kau jamu, mengharapkan rindu yang tak kunjung kau redam, mengharapkan janji yang tak pernah terbukti. Ya, benar. Daring mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Bahkan dulu... Aku begitu mengharapkanmu. Menunggu kabar yang tak kunjung ku dapat. Padahal kau hanya membalas pesan ketika sempat. "Aku ini kau anggap apa?" Pertanyaan bodoh yang sudah kuketahui jawabannya. Aku memilih menjauhimu lebih dulu, meski tanpa kau jelaskan berulang kali, aku sudah begitu paham. Bahwa kau memintaku untuk menjauh. Kini, mendengar namamu tak

Pengaruh Pola Pikir Generasi Muda, Terhadap Perkembangan Literasi


Indonesia merupakan sebuah Negara dengan kebudayaan yang sangat beragam. Salah satunya dalam hal agama. Terdapat enam agama yang diakui di Indonesia antara lain: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia merupakan penganut agama Islam terbesar di dunia. Pada tahun 2010 sekitar 87,18% dari 237.641.326 penduduk di Indonesia memeluk agama Islam. Oleh karena itu, perkembangan literasi di Indonesia bahkan dunia, tidak lepas dari kontribusi generasi muda Islam. Literasi selain dikenal sebagai kemampuan menulis dan membaca, juga dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Islam dan literasi cukup erat kaitannya. Menurut keyakinan umat Islam, perintah membaca sudah ada sejak zaman dahulu. Tepatnya, ketika Allah menurunkan ayat Alquran berupa surah al-alaq ayat 1-5 kepada Nabi Muhammad Saw. pada saat beliau bertafakur di gua Hira. Iqro “Bacalah” merupakan perintah pertama Allah kepada umat manusia untuk membaca. Namun ironinya, pada tahun 2016 Central Connecticut State University atau biasa dikenal dengan CCSU menyatakan bahwa Indonesia menjadi urutan ke-60 dari 61 negara yang memiliki minat baca terendah di dunia.

Salah satu penyebab rendahnya literasi di Indonesia adalah pola pikir yang berkembang di masyarakat. Selama ini kita mengenal anak yang kutu buku adalah anak yang anti sosial. Mereka identik dengan kesendirian, padahal faktanya membaca atau menulis adalah suatu kegiatan yang memerlukan konsentrasi lebih. Selain itu, mereka juga biasanya terkenal pintar. Mereka tidak hanya sekali saja membaca, tetapi perlu berulangkali untuk memahami bahan bacaan. Bahkan, anak yang gemar membaca akan selalu meluangkan waktunya setiap hari hanya untuk membaca, entah itu berita ataupun sekadar membaca buku pelajaran. Semuanya adalah salah satu wujud literasi. Anak yang suka membaca juga cenderung lebih pintar karena ia mengetahui banyak hal dari bacaan yang ia baca. Anak yang suka membaca lagi-lagi memiliki kelebihan yakni pandai menulis. Karena untuk menjadi seorang penulis, kita membutuhkan banyak kosakata untuk merangkainya menjadi sebuah kalimat yang baik. Banyaknya kosakata yang dimiliki tak ayal berasal dari proses membaca. Sehingga, jika seorang penulis mengaku bahwa ia tidak suka membaca, bisa jadi ia telah berbohong. Karena membaca dan menulis adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Kesalahan selanjutnya adalah kita cenderung malu jika orang lain menganggap kita sok pintar, akibat kebiasaan kita yang membaca buku dengan halaman yang tebal serta judul yang terkesan berat. Sehingga kita akan memilih untuk tidak terlihat pintar di depan orang lain dengan cara berhenti membaca. Padahal buku dengan halaman yang tebal tidak selalu berisi bacaan yang berat dan membosankan. Seharusnya setiap orang berhak memperoleh informasi dengan cara membaca. Karena tidak ada bahan bacaan yang dilarang untuk di baca. Kecuali jika, isi dari bahan bacaan tersebut dapat mempengaruhi keimanan kita. Seperti halnya buku tentang sihir, aliran sesat, dan hal-hal lain yang dapat melahirkan perilaku meyimpang sebaiknya dihindari.

Literasi sangat penting bagi generasi muda. Dengan adanya kemampuan mengolah informasi dan pengetahuan, generasi muda diharapkan dapat membedakan antara baik dan buruk. Melalui literasi juga, generasi muda akan yakin atas keputusan yang di ambilnya. Karena sifat batiniah manusia yakni akan selalu berusaha mencari kebenaran, salah satunya caranya adalah dengan membaca. Islam sudah memiliki sumber kebenaran dan pedoman hidup mutlak yakni Alquran dan Hadis. Keberadaan Alquran dan Hadis, tidak akan memberikan tuntunan jika umat Islam sendiri tidak membaca, serta tidak mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, menumbuhkan semangat literasi bagi generasi muda Islam jelas sekali urgensinya. Mulai dari sekarang, mari kita bersama-sama meluruskan kekeliruan yang berkembang di masyarakat. Bahwa membaca tidak hanya untuk orang-orang yang pintar, dan membaca juga tidak akan membuat seseorang menjadi anti sosial. Jika membaca adalah jendela dunia, dan menulis dapat menjadikan kita kekal. Maka, dengan mengamalkan ilmu pengetahuan melalui tulisan, kita akan menjadi pintu dunia serta mendapatkan pahala yang tiada hentinya. Tak heran jika banyak ilmuan muslim yang telah mengubah dunia lewat pemikiran dan ide cemerlang, yang diabadikan melalui tulisannya. Seperti Ibnu Sina sebagai filsuf yang terkenal di dunia medis, Al Khawarizmi sebagai ahli matematika, Jabir Ibn Hayyan seorang ahli kimia serta masih banyak lagi ilmuan muslim yang namanya sudah mendunia. Mereka telah memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan. Sangat disayangkan, jika kita sebagai generasi muda Islam hanya diam berpangku tangan, tanpa ingin melanjutkan estafet perjuangan demi terciptanya ilmu pengetahuan yang lebih baik.

Ayo berkontribusi untuk kemaslahatan umat Islam. Perjuangan masih panjang, mari kita awali dengan banyak membaca.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cula yang Tersembunyi di Balik Hutan Way Kambas

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan hewani. salah satu kekayaannya dibuktikan dengan luasnya hutan yang ada di Indonesia hingga mencapai 133.300.543 Hektar. Hutan Indonesia yang begitu luas menjadi alasan dijulukinya Indonesia sebagai salah satu paru-paru dunia. Pepohonan yang ada di hutan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Tidak hanya itu, masih banyak potensi hutan di Indonesia jika dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya adalah hutan di Taman Nasional Way Kambas(TNWK) Lampung. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional Way Kambas sebagai ASEAN Heritage Park ke-36 memiliki luas 125.621,30 hektar merupakan habitat dari lima mamalia besar di Sumatra yaitu Gajah Sumatra, Badak Sumatra, Harimau Sumatra, Beruang Madu, dan Tapir. Taman Nasional ya

Kau dan Aku Adalah

Senang itu, ketika senyum simpul muncul dari kedua bibirmu. Terlebih karena aku. Sedih itu, ketika raut kekecewaan tergambar jelas diwajahmu. Lantaran aku. Canda itu, ketika kau bilang cinta. Ternyata hanya pura-pura. Candu itu senyummu, luka itu sedihmu dan bahagia itu ketika kau dan aku sungguh bisa besatu. Nyatanya, semesta tak memberikan ruang lebih kepada sang waktu. Sekadar mewujudkan yang semu menjadi temu. Faktanya, Tuhanpun berencana demikian, takdir tak membuat kau hadir meski hatiku ketar-ketir. Semua tampak nyata dalam imajinasiku. Maaf, mungkin ini sedikit halu. Aku sadar, karena sampai kapanpun. Kau dan aku adalah sebuah ketidakmungkinan.

Tidak Ada Korelasi Antara Lahan Gambut dan Asap

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Selain dikenal sebagai negara kepulauan, Indonesia juga di kenal sebagai paru-paru dunia. Luas kawasan hutan di Indonesia pada tahun 2018 sekitar 125,9 juta hektar, atau sebesar 63,7% dari luas daratan di Indonesia. Hutan di Indonesia digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan keadaan tanahnya. Antara lain hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan rawa bakau, hutan kerangas dan hutan tanah kapur. Hutan rawa gambut merupakan hutan yang ramai menjadi perbincangan belakangan ini. Hutan rawa gambut terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang belum terkomposisi secara sempurna. Kartawinata(2013) menyebutkan bahwa di Indonesia, hutan gambut terkonsentrasi di tiga pulau utama yakni Sumatra, Kalimantan, Papua dan sedikit di Sulawesi. Pembahasan mengenai hutan rawa gambut, tak ayal akibat maraknya terjadi kebakaran hutan di lahan gambut. Kebakaran hutan menghasilkan kepulan asap yang cukup tebal hingga dapat menyebabkan ISPA