Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2019

Dulu, aku begitu mengharapkanmu.

Ada pepatah lama yang mengatakan tak kenal maka tak sayang. Sialnya aku lebih dulu "sayang" sebelum mengenalmu. Bagaimana mungkin? Mungkin saja, kita bisa saja jatuh hati meski belum pernah bertemu. Lalu bagaimana? Daring, menjadi salah satu jalan yang memiliki peluang itu. "Jatuh cintanya daring, patah hatinya luring" ini adalah kalimat ter-pahit yang pernah aku alami sebelumnya. Aku pernah... Mengharapkan temu yang tak kunjung kau jamu, mengharapkan rindu yang tak kunjung kau redam, mengharapkan janji yang tak pernah terbukti. Ya, benar. Daring mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Bahkan dulu... Aku begitu mengharapkanmu. Menunggu kabar yang tak kunjung ku dapat. Padahal kau hanya membalas pesan ketika sempat. "Aku ini kau anggap apa?" Pertanyaan bodoh yang sudah kuketahui jawabannya. Aku memilih menjauhimu lebih dulu, meski tanpa kau jelaskan berulang kali, aku sudah begitu paham. Bahwa kau memintaku untuk menjauh. Kini, mendengar namamu tak

Memorial

Rintik hujan kembali menemaniku saat ini, gemuruh suaranya membuatku semakin sadar bahwa hujan sangat tegar. Meskipun ia jatuh berkali-kali, namun masih saja ingin kembali. Ku singkap tirai yang menutupi jendela. Terlihat di luar sana anak-anak kecil dengan euforia menikmati hujan turun. Ku lihat di sekeliling rumah ranting dan dedaunan turut berbahagia menyambut hujan. Suara katak yang menyanyikan lagu entah-berentah, Aku sama sekali tidak paham. “Andin, makan Nak!. Ibu sudah masak makanan kesukaan kamu” suara Ibu di balik pintu mulai terdengar. Aku masih saja memandangi hujan dari balik jendela. Rasanya ingin sekali Aku mengulangi masa kecilku. Menari di bawah rintikan hujan, mencuri jambu tetangga atau menangkap keong di sawah. Tetapi sepertinya, itu tidak akan mungkin terulang kembali. “Sayang… Ibu masuk ya” teriak Ibu lagi. Aku tidak tuli, Aku masih bisa mendengar suara Ibu. Namun, Aku enggan saja momen ini ada yang mengganggu. “Andin, kamu sedang melihat apa Nak?” uja

Sedu Sedan

Setiap orang berhak mengungkapkan perasaannya. Bahagia, dapat di ungkapkan melalui rasa syukur atau tangis haru. Sedangkan sedih, hanya dapat di ungkapkan dengan tangisan saja. Perkenalkan namaku Aprilia Martha gadis berusia 25 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan strata dua di salah satu Universitas terbaik dunia. Hari ini Aku memutuskan untuk pulang ke tanah air. Sekadar melepas rindu kepada Mama dan menagih janji tetangga konyolku. “Halo sayang, selamat datang di Indonesia” ujar Mama ketika melihatku sudah berada di hadapannya. Satu pelukan hangat adalah hadiah pertama yang Ku peroleh. “Mama sehat?” tanyaku pelan. Mama hanya mengangguk pelan dan mengusap air mata yang berlinang di pipinya. Sungguh egois Aku ini, hanya memikirkan pendidikan tanpa peduli ada seorang malaikat yang menanti kedatanganku. “Ayo Ma, kita pulang!” ajakku kepada Mama yang masih enggan melepaskan pelukannya. Kamipun bergegas menuju rumah, Aku sudah sangat rindu dengan suasana rumah. Seja