Langsung ke konten utama

Dulu, aku begitu mengharapkanmu.

Ada pepatah lama yang mengatakan tak kenal maka tak sayang. Sialnya aku lebih dulu "sayang" sebelum mengenalmu. Bagaimana mungkin? Mungkin saja, kita bisa saja jatuh hati meski belum pernah bertemu. Lalu bagaimana? Daring, menjadi salah satu jalan yang memiliki peluang itu. "Jatuh cintanya daring, patah hatinya luring" ini adalah kalimat ter-pahit yang pernah aku alami sebelumnya. Aku pernah... Mengharapkan temu yang tak kunjung kau jamu, mengharapkan rindu yang tak kunjung kau redam, mengharapkan janji yang tak pernah terbukti. Ya, benar. Daring mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Bahkan dulu... Aku begitu mengharapkanmu. Menunggu kabar yang tak kunjung ku dapat. Padahal kau hanya membalas pesan ketika sempat. "Aku ini kau anggap apa?" Pertanyaan bodoh yang sudah kuketahui jawabannya. Aku memilih menjauhimu lebih dulu, meski tanpa kau jelaskan berulang kali, aku sudah begitu paham. Bahwa kau memintaku untuk menjauh. Kini, mendengar namamu tak

Sedu Sedan

Setiap orang berhak mengungkapkan perasaannya. Bahagia, dapat di ungkapkan melalui rasa syukur atau tangis haru. Sedangkan sedih, hanya dapat di ungkapkan dengan tangisan saja.
Perkenalkan namaku Aprilia Martha gadis berusia 25 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan strata dua di salah satu Universitas terbaik dunia. Hari ini Aku memutuskan untuk pulang ke tanah air. Sekadar melepas rindu kepada Mama dan menagih janji tetangga konyolku.
“Halo sayang, selamat datang di Indonesia” ujar Mama ketika melihatku sudah berada di hadapannya. Satu pelukan hangat adalah hadiah pertama yang Ku peroleh.
“Mama sehat?” tanyaku pelan.
Mama hanya mengangguk pelan dan mengusap air mata yang berlinang di pipinya. Sungguh egois Aku ini, hanya memikirkan pendidikan tanpa peduli ada seorang malaikat yang menanti kedatanganku.
“Ayo Ma, kita pulang!” ajakku kepada Mama yang masih enggan melepaskan pelukannya.
Kamipun bergegas menuju rumah, Aku sudah sangat rindu dengan suasana rumah. Sejak Papa meninggal sepuluh tahun lalu, Aku memilih untuk menyelesaikan pendidikan di negeri seberang. Sebab, tinggal di Indonesia hanya akan membuat Ku teringat sosok Papa.
 “Kamu kenapa balik? Bukannya betah di sana?” Ujar Galang tetangga sekaligus sahabatku. Aku tahu pertanyaan Galang adalah sebuah sindiran keras untukku. Karena selama ini Aku tidak pernah pulang atau sekadar memberinya kabar.
“Enak ya di sana? Sampe lupa rumah.” Lanjutnya lagi.
Diam adalah pilihan ketika merasa terpojokkan. Andai Galang tahu, bahwa Aku pulang hanya karena ingin menagih janjinya.
“Kamu lupa ya Lang?” tanyaku padanya.
“Ingat lah Pril. Janji kita sepuluh tahun yang lalu kan?” celetuknya.
Baiklah, itu artinya Galang ingat tentang janji itu dan Aku akan memperoleh jawaban atas penantianku selama ini.
“Mau pergi sekarang?” tanyaku lagi.
“Boleh, asalkan kamu mau berjanji tidak akan pergi(lagi) meninggalkanku. Gimana?” jawab Galang dengan uluran tangan meminta persetujuan.
Segera ku sambut uluran tanganya dan kami memutuskan untuk pergi ke suatu tempat di mana sebuah kebenaran itu akan terbongkar.
“Pril, buruan udah mendung nih!” teriak galang yang berada jauh di hadapanku.
“Tunggu Lang, kaki Aku sakit nih!” rintihku pelan.
Ternyata Galang memilih untuk menghampiriku dan menawarkan bantuan.
“Mau di gendong atau tukeran sandal nih? Lagian aneh-aneh aja kamu Pril. Ke tempat kaya gini kok pake sandal tinggi” jelasnya panjang lebar.
“Bawel banget si kamu jadi cowok Lang! kan Aku tadi baru aja sampe. Wajar belum sempat ganti sandal” tutupku.
Tanpa pikir panjang Galang segera menggendongku dan berlari menuju tepi danau. Di sini adalah tempat di mana Aku dan Galang pernah mengubur botol berisi surat cinta kami berdua. Mungkin untuk anak usia lima belas tahun, cinta yang di rasakan masih cinta monyet. Tapi, tidak bagiku. Aku sudah mencintai Galang jauh sebelum perjanjian ini ada.
“Turun Pril. Kamu berat” ujar Galang tanpa basa-basi.
“Langsung di gali aja Lang lubangnya” pintaku.
Galang bergegas menggali lubang di bawah pohon yang sudah kami tandai dengan ukiran tangan. “April dan Galang selamanya” kalimat itu tertulis tepat di atas lubang yang kami gali. Ingatan itu segera melintas di pikiranku. Jika kami selalu melakukan apapun bersama. Hingga akhirnya Aku memilih meninggalkan Galang sendiri.
“Pril, liat deh. Surat kita masih utuh” ucap Galang menunjukkan botol kaca berisi dua buah surat kecil.
“Kita buka suratnya barengan ya Lang, biar Adil” pintaku ragu.
Galang tersenyum tanda menyetujui. Galang memberikanku surat yang pernah ia tulis untukku. Begitupun sebaliknya. Dalam hitungan ketiga masing-masing dari kami sudah mengetahui jawabannya.
“Pril…ini bercanda kan?” ucap Galang setelah membaca suratku.
“Kamu yang bercanda Lang, kenapa ngasih Aku surat kosong?” tanyaku heran.
“Jawab dulu Pril, rasa cinta kamu ke Aku udah ilang kan Pril? Jawab!!”
Aku semakin bingung kepada Galang, sebelumnya tidak pernah ia membentakku. Meskipun ia galak dan menjengkelkan. Namun, baru kali ini Aku melihat Galang sangat marah. Tanpa Ku sadari mataku basah dengan sendirinya. Faktanya Aku ingat sekali surat yang Ku buat khusus untuknya, berisi curahan hati bahwa Aku benar-benar mencintainya. Lalu apa balasan yang ia berikan? Hanya secarik kertas kosong. Terkaku, cinta ini tak terbalaskan. Ternyata langit merasakan apa yang Aku rasakan ia juga mengucapkan belasungkawa atas rasa yang tak terbalaskan. Berlari di bawah rintik hujan membuatku semakin sadar. Kamu bodoh Pril! Gumamku pelan.
“April Tunggu!! Aku bisa jelasin” langkahku tertahan oleh suara Galang.
Satu pelukan hangat ku peroleh. Rasanya sangat nyaman berada di pelukan tubuh laki-laki jangkung ini. Tangisku yang sedu sedan mengalir bersama rintik hujan yang turun.
“Maaf Pril! Aku bodoh. Bidadari secantik dan sepintar ini saja luput dari perhatianku. Makasih ya Pril, udah jadiin Aku cinta pertama kamu. Kertas kosong itu sengaja Aku kasih, karena yang Ku yakini, hati ini mudah berbolak balik Pril. Benar saja, dulu Aku juga nunggu kamu Pril!. Tapi, sekarang udah ada sosok yang gantiin kamu” jelas Galang panjang lebar.
Deg! Rasanya jantung ini berhenti berdetak ketika mendengar Galang sudah memiliki pengganti Ku.
“Cukup Lang. Makasih ya udah buat Aku sadar bahwa kepergianku memang suatu tindakan yang salah” ucapku pelan.
Masih di bawah rintikan hujan yang mengguyur bumi, Ku teruskan langkah Ku untuk menjauhi Galang.
“Pril! kamu udah janji sama Aku. Kalo kamu gak akan pergi(lagi) ninggalin Aku. Kita masih sahabat kan?” teriak Galang mengalahkan suara hujan yang turun.
Akupun menolehnya sesaat, memperhatikannya lamat-lamat. Dengan segala gundah dan perih di hati. Ku suguhkan senyum terindah dan anggukan kepala. “Mungkin, Kita hanya bisa menjadi sahabat Lang” batinku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cula yang Tersembunyi di Balik Hutan Way Kambas

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan hewani. salah satu kekayaannya dibuktikan dengan luasnya hutan yang ada di Indonesia hingga mencapai 133.300.543 Hektar. Hutan Indonesia yang begitu luas menjadi alasan dijulukinya Indonesia sebagai salah satu paru-paru dunia. Pepohonan yang ada di hutan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Tidak hanya itu, masih banyak potensi hutan di Indonesia jika dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya adalah hutan di Taman Nasional Way Kambas(TNWK) Lampung. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional Way Kambas sebagai ASEAN Heritage Park ke-36 memiliki luas 125.621,30 hektar merupakan habitat dari lima mamalia besar di Sumatra yaitu Gajah Sumatra, Badak Sumatra, Harimau Sumatra, Beruang Madu, dan Tapir. Taman Nasional ya

Kau dan Aku Adalah

Senang itu, ketika senyum simpul muncul dari kedua bibirmu. Terlebih karena aku. Sedih itu, ketika raut kekecewaan tergambar jelas diwajahmu. Lantaran aku. Canda itu, ketika kau bilang cinta. Ternyata hanya pura-pura. Candu itu senyummu, luka itu sedihmu dan bahagia itu ketika kau dan aku sungguh bisa besatu. Nyatanya, semesta tak memberikan ruang lebih kepada sang waktu. Sekadar mewujudkan yang semu menjadi temu. Faktanya, Tuhanpun berencana demikian, takdir tak membuat kau hadir meski hatiku ketar-ketir. Semua tampak nyata dalam imajinasiku. Maaf, mungkin ini sedikit halu. Aku sadar, karena sampai kapanpun. Kau dan aku adalah sebuah ketidakmungkinan.

MENGHADAPI KEGALAUAN MUSLIMAH ZAMAN NOW

Galau adalah suatu kondisi dimana pikiran sedang kacau. Galau juga identik dengan bimbang, hal ini dikarenakan jiwa kita yang jauh dari Allah dan pemahaman islam. Ada banyak sekali faktor penyebab seseorang menjadi galau, masalah cinta, ekonomi, pekerjaan, kuliah, dan lain-lain. Sebenarnya galau tidak selalu memiliki konotasi yang negatif. Karena ada beberapa hal kegalauan yang di perbolehkan. Yaitu galau mengenai ibadah, sudah seharusnya kita mencemaskan ibadah kita yang belum tentu diterima oleh Allah. Sehingga kita selau berusaha memperbaikinya agar ibadah kita semakin khusyuk dan lebih baik. Galau terhadap ibadah juga membantu kita menjadi lebih hati-hati dan selalu merasa kurang atas ibadah yang kita lakukan. Karena ada satu hal yang pasti yakni, ibadah kita belum tentu tercatat tetapi dosa kita sudah pasti terhitung. Ada beberapa kita-kiat yang dapat dilakukan agar hati menjadi tenang yakni: 1. berkumpul dalam rangka mencari ilmu Karena akhlak seorang muslimah tergatun