Langsung ke konten utama

Dulu, aku begitu mengharapkanmu.

Ada pepatah lama yang mengatakan tak kenal maka tak sayang. Sialnya aku lebih dulu "sayang" sebelum mengenalmu. Bagaimana mungkin? Mungkin saja, kita bisa saja jatuh hati meski belum pernah bertemu. Lalu bagaimana? Daring, menjadi salah satu jalan yang memiliki peluang itu. "Jatuh cintanya daring, patah hatinya luring" ini adalah kalimat ter-pahit yang pernah aku alami sebelumnya. Aku pernah... Mengharapkan temu yang tak kunjung kau jamu, mengharapkan rindu yang tak kunjung kau redam, mengharapkan janji yang tak pernah terbukti. Ya, benar. Daring mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Bahkan dulu... Aku begitu mengharapkanmu. Menunggu kabar yang tak kunjung ku dapat. Padahal kau hanya membalas pesan ketika sempat. "Aku ini kau anggap apa?" Pertanyaan bodoh yang sudah kuketahui jawabannya. Aku memilih menjauhimu lebih dulu, meski tanpa kau jelaskan berulang kali, aku sudah begitu paham. Bahwa kau memintaku untuk menjauh. Kini, mendengar namamu tak

“Menolak Lupa” Bayar Pajak


Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, sehingga perlu adanya pembenahan baik dalam hal sumber daya manusia maupun pembangunan kota.  Populasi penduduk Indonesia berdasarkan sensus pada tahun 2016 sebesar 261,1 juta penduduk, yang akan bertambah maupun berkurang setiap menit bahkan detiknya. Mengingat adanya kematian dan kelahiran yang silih berganti. Jumlah yang cukup untuk membangun Indonesia lebih baik kedepannya. Indonesia memiliki manusia usia produktif yang mumpuni untuk mendukung kemajuan bangsa Indonesia. Pendapatan perkapita masyarakat Indonesia sebesar 47,96 juta (2016) dilatarbelakangi oleh berbagai jenis pekerjaan rakyat Indonesia yang beragam mulai dari pekerja kantoran, berkebun, petani maupun pekerja sebagai buruh pabrik.                 Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan SDA(Sumber Daya Alam) dan SDM(Sumber Daya Manusia). Apabila sumberdaya tersebut dapat dikelola dengan baik tidak menutup kemungkinan Indonesia dapat menjadi salah satu Negara maju. Syarat untuk menjadi Negara maju juga harus memiliki sektor pembangunan yang baik seperti akses jalan, jembatan maupun pembangunan dalam hal sosial seperti rumah sakit. Untuk menunjang pembangunan tersebut perlu adanya dana yang bersumber dari APBN(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) maupun APBD(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).  Anggaran tersebut berasal dari pemanfaatan yang baik kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia kita. Menurut UUD 1945 pasal 33 ayat 2 “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.  Sudah jelas bahwa Negara kita yang kaya akan SDA dan SDM ini memiliki potensi yang besar untuk dijadikan salah satu sumber keuangan Negara. Dalam hal sumber daya manusia pemerintah mewajibkan membayar pajak. Diatur pada UU No.28 Tahun 2007 bahwa “pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Sudah jelas bahwa pajak bersifat memaksa dan bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pajak menyumbang sekitar 80% keuangan Negara selain retribusi, BUMN, denda dan percetakan uang.                                                                                                    Banyaknya manfaat dari membayar pajak kurang dirasakan di hati sebagian masyarakat. Terlihat dari rendahnya kesadaran mereka dalam membayar pajak. Pajak di Indonesia tidak hanya pajak kendaraan saja yang mungkin sebagian masyarakat awam pahami. Pajak di Indonesia banyak jenisnya seperti pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak penerangan jalan, pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penghasilan (PPh) dan masih banyak lagi. Masyarakat cenderung berpikir bahwa manfaat pajak tidak dapat dirasakan secara langsung dan adanya oknum yang menggelapkan uang pajak (rakyat) semakin menambah rentetan daftar kecemasan masyarakat Indonesia kepada pemerintah. Pembangunan jalan yang terhambat dan korupsi yang kian merajalela membuat polemik baru di tengah masyarakat. Menurut saya anggapan atau pola pikir tersebut kurang tepat. Terlebih melihat fenomena nyata yang terjadi di tengah masyarakat yakni sebagian dari mereka enggan untuk melunasi pajak kendaraannya ketika sudah jatuh tempo. Dengan sanggahan terlalu mahal denda yang harus di bayar. Didukung dengan kendaraan tersebut yang hanya digunakan di lingkungan pedesaan. Akan bebas hukum pikirnya. Terlepas dari tidak adanya proses hukum yang akan di bebankan hal tersebut tetap saja menyalahi aturan. Ketika masyarakat enggan untuk menaati aturan yang seyogyanya bertujuan untuk mengatur masyarakat itu sendiri maka akan terjadinya tidak tertib hukum. Sudah seharusnya kita sadar, mari menolak lupa bahwa jalan yang bagus adanya, yang kokoh bahanhya bukankah dibuat dari uang rakyat?. Lantas dari mana asalnya jika bukan dari pajak. Pelayanan kesehatan yang baik serta kualitas pendidikan yang baik juga berasal dari pajak. Pada UUD 1945 pada pasal 31 ayat 4 mengatur “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaran pendidikan nasional”. Untuk tahun 2018 sendiri  pemerintah sudah menganggarkan dalam APBN Rp147,6 Trilliun, alokasi ini digunakan untuk pencapaian sasaran yaitu meningkatkan akses layanan pendidikan, memberikan beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu, bantuan operasional sekolah, tunjangan profesi guru, pembangunan rehabilitasi ruang kelas, meningkatkan revitalisasi lembaga pendidikan dan pengembangan beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia(sumber: www.kemenkeu.go.id/alokasipajakmu). Sangat besar peran pajak dalam membangun generasi penerus bangsa melalui pendidikan. Maka dari itu ayo kita ubah pola pikir dan mulai menanamkan kesadaran untuk membayar pajak. Masih ingin mengingat? Indonesia sangat luas dan masih memiliki daerah perbatasan yang belum terjangkau pembangunan, belum teraliri listrik, akses jalan yang masih sulit, serta tingkat kesehatan yang masih rendah. Maka dari itu mari menolak lupa. Bahwa sebuah perubahan yang besar membutuhkan proses yang panjang. Jangan hanya menuntut hak tanpa memenuhi kewajiban terlebih dahulu. Karena pada hakikatnya manusia memang memiliki hak. Namun, hak tersebut hanya dapat diperoleh ketika kewajiban sudah di laukan. Masih ragu dengan uang yang sudah kita bayarkan? Coba letakkan kepercayaan kepada para pemegang kebijakan, dalam agama apapun pasti meyakini pahwa pertanggungjawaban tidak hanya di dunia tetapi juga akhirat. Kementrian keuangan juga sudah memperkenalkan fitur “alokasi pajakmu” yang dapat diakses pada  laman  www.kemenkeu.go.id/alokasipajakmu. Fitur ini memberikan informasi mengenai alokasi penggunaan pajak. Adanya fitur tersebut menunjukkan bahwa dari pihak pemerintah juga ingin transparan mengenai pajak. Tentunya fitur ini memudahkan masyarakat memperoleh informasi mengenai pengalokasian dana pajak, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Ayo menolak lupa atas apa saja yang telah kita rasakan dari membayar pajak, demi pembangunan Indonesia yang berkesinambungan. Ingat! Jika masyarakat taat pajak. Pembangunan takkan terhambat.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kau dan Aku Adalah

Senang itu, ketika senyum simpul muncul dari kedua bibirmu. Terlebih karena aku. Sedih itu, ketika raut kekecewaan tergambar jelas diwajahmu. Lantaran aku. Canda itu, ketika kau bilang cinta. Ternyata hanya pura-pura. Candu itu senyummu, luka itu sedihmu dan bahagia itu ketika kau dan aku sungguh bisa besatu. Nyatanya, semesta tak memberikan ruang lebih kepada sang waktu. Sekadar mewujudkan yang semu menjadi temu. Faktanya, Tuhanpun berencana demikian, takdir tak membuat kau hadir meski hatiku ketar-ketir. Semua tampak nyata dalam imajinasiku. Maaf, mungkin ini sedikit halu. Aku sadar, karena sampai kapanpun. Kau dan aku adalah sebuah ketidakmungkinan.

Cula yang Tersembunyi di Balik Hutan Way Kambas

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan hewani. salah satu kekayaannya dibuktikan dengan luasnya hutan yang ada di Indonesia hingga mencapai 133.300.543 Hektar. Hutan Indonesia yang begitu luas menjadi alasan dijulukinya Indonesia sebagai salah satu paru-paru dunia. Pepohonan yang ada di hutan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Tidak hanya itu, masih banyak potensi hutan di Indonesia jika dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya adalah hutan di Taman Nasional Way Kambas(TNWK) Lampung. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional Way Kambas sebagai ASEAN Heritage Park ke-36 memiliki luas 125.621,30 hektar merupakan habitat dari lima mamalia besar di Sumatra yaitu Gajah Sumatra, Badak Sumatra, Harimau Sumatra, Beruang Madu, dan Tapir. Taman Nasional ya

Pengaruh Pola Pikir Generasi Muda, Terhadap Perkembangan Literasi

Indonesia merupakan sebuah Negara dengan kebudayaan yang sangat beragam. Salah satunya dalam hal agama. Terdapat enam agama yang diakui di Indonesia antara lain: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia merupakan penganut agama Islam terbesar di dunia. Pada tahun 2010 sekitar 87,18% dari 237.641.326 penduduk di Indonesia memeluk agama Islam. Oleh karena itu, perkembangan literasi di Indonesia bahkan dunia, tidak lepas dari kontribusi generasi muda Islam. Literasi selain dikenal sebagai kemampuan menulis dan membaca, juga dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Islam dan literasi cukup erat kaitannya. Menurut keyakinan umat Islam, perintah membaca sudah ada sejak zaman dahulu. Tepatnya, ketika Allah menurunkan ayat Alquran berupa surah al-alaq ayat 1-5 kepada Nabi Muhammad Saw. pada saat beliau bertafakur di gua Hira. Iqro “Bacalah” merupakan perintah pertama All