Langsung ke konten utama

Dulu, aku begitu mengharapkanmu.

Ada pepatah lama yang mengatakan tak kenal maka tak sayang. Sialnya aku lebih dulu "sayang" sebelum mengenalmu. Bagaimana mungkin? Mungkin saja, kita bisa saja jatuh hati meski belum pernah bertemu. Lalu bagaimana? Daring, menjadi salah satu jalan yang memiliki peluang itu. "Jatuh cintanya daring, patah hatinya luring" ini adalah kalimat ter-pahit yang pernah aku alami sebelumnya. Aku pernah... Mengharapkan temu yang tak kunjung kau jamu, mengharapkan rindu yang tak kunjung kau redam, mengharapkan janji yang tak pernah terbukti. Ya, benar. Daring mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Bahkan dulu... Aku begitu mengharapkanmu. Menunggu kabar yang tak kunjung ku dapat. Padahal kau hanya membalas pesan ketika sempat. "Aku ini kau anggap apa?" Pertanyaan bodoh yang sudah kuketahui jawabannya. Aku memilih menjauhimu lebih dulu, meski tanpa kau jelaskan berulang kali, aku sudah begitu paham. Bahwa kau memintaku untuk menjauh. Kini, mendengar namamu tak

JANGAN MALAS YUK!


Selamat pagi, siang, sore, malam sesuaikan dengan waktu kalian membaca ini ya!

Gimana nih kabarnya? Semoga selalu dalam keadaan baik.
Pagi yang syahdu, diiringi dengan rintikan hujan yang jatuh membasahi bumi. Bagaimana hari kemarin? Biasa saja atau ada hal-hal yang perlu diceritakan? Pastikan kamu selalu meluangkan waktu untuk bercerita ya. Kenapa judulnya jangan malas? Karena sekarang aku lagi ngrasa malas banget. Kegiatan sehari-hari hanya membantu bersih-bersih rumah, sesekali memasak bahkan lebih sering daring. Mungkin bukan aku saja yang merasakan ini. Kalian juga gitu kan? Ngaku aja deh.

Tapi ini gaboleh terjadi dalam durasi waktu yang lama. Ayok bangun! Cari temen-temen kamu yang ambis, cari temen-temen kamu yang selalu ngajak kamu untuk terus maju. Bukan malah stay di zona nyaman. Sementang gaada kerjaan, lebih milih rebahan, ngabisin kuota buat nonton, yang di dapet apa? Seneng doang, sedangkan diri kamu gaada yang berubah selain badan tambah gemuk dan malas. Yuk bisa yuk semangat. Perlu kamu ketahui, di luar sana orang-orang juga sama terdampak pandemi. Tapi mereka terus maju dengan mengikuti webinar-webinar yang mengedukasi, ikut kelas online, ikut lomba-lomba, mulai mikirin skripsi, ikut kajian-kajian online, persiapan akhiratnya di upgrade, bisnis online, apapun deh banyak banget. Kamu Fi? MALAS Arghhh.
Sebenarnya apa aja si yang melatarbelakangi malas kita semakin mendarah daging

1.       Dikelilingi orang-orang malas
Pernah denger dong pasti kalo kepribadian kita itu sedikit banyak di tentukan oleh kepribadian tema dekat kita? Jadi siapapun yang ingin tahu bagaimana kepribadian seseorang, lihat saja kepribadian teman dekatnya. Gabakal beda jauh kok. Karena circle pertemanan manusia kan emang gitu. Temenan sama orang yang sama-sama suka nonton misalnya, yang senasib sepenanggunngan, yang sama-sama suka jalan-jalan. Pokoknya banyak deh kesamaan-kesamaan lain yang akan kalian temui di suatu kelompok pertemanan. Mending kalo temennya pinter, alim bakalan ketularan  pinter dan alim. Gimana ga nular orang setiap waktu salat ada yang ngajak, setiap ada tugas belajar bareng-bareng. Lah kalo temennya malas? Suka sambat? Ya kita gabakal jauh beda pasti malas dan suka sambat. Hati-hati ya.

2.       Terlalu senang di zona nyaman
“Kalo orang lain bisa kenapa harus saya?” hmm, kita sebagai manusia cenderung menghindari konflik. Kerap kali konflik dianggap sesuatu yang harus dihindari karena akan menimbulkan masalah dalam tatanan kehidupan. Tapi pernah gasi kalian berpikir bahwa, jika konflik gaada hidup kita bakalan flat/datar, biasa aja, ga berwarna dan pastinya kalo gaada konflik kita malas. Malas untuk memperbaiki diri (toh dengan aku ngomong kasar aja masih ada kok temen aku), malas untuk mencari pengalaman (ngapain jauh-jauh sekolah, mending disini aja deket sama orang tua), malas untuk menambah pengetahuan (ngapain belajar filsafat kan kita jurusan biologi) dan masih banyak lagi malas-malas yang ditimbulkan dari “terlalu senang di zona nyaman”. Perlu diingat sebagai orang beriman bahwa Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya. Kalo Allah sudah menjamin, lantas sebagai hamba kenapa kita tidak percaya?. Ingat ya, hari ini adalah hari yang kau khawatirkan kemarin. Gimana? Masih baik-baik aja kan? Alhamdulillah jangan lupa bersyukur untuk hari yang luar biasa.

3.       Yakin waktu masih panjang
“Kalo bisa dikerjain besok kenapa harus sekarang?” Wah populer sekali kalimat ini. Eits kalo kalian ngrasa ga pernah denger bagus! Artinya kalian ga malas. Karena ini adalah kalimat yang acapkali digunakan oleh orang-orang malas untuk menunda pekerjaan. Emang sih yang bilang the power of kepepet kadang ada benernya. Tapi ngrasa gasi? Pekerjaan yang dikerjakan ketika kepepet tu hasilnya ga maksimal. Sebisa mungkin ayo kita kerjain tugas atau kegiatan apapun lebih awal, karena kita gatau apa yang terjadi kedepannya. Ini gaada hubungannya sama zuuzon ya?! Tapi ini lebih ke mencegah dengan meyakini kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Misalnya deadline besok dan kamu baru ngerjain tugas malem-malem eh gataunya laptop rusak, atau tiba-tiba lowbat sedangkan mati lampu, ujan deres. Akhirnya kamu tunda untuk ngerjain besok. Lagi-lagi kamu ketiduran dan ternyata kamu hanya punya sisa waktu 1 jam. Kelar sih! Kamu pasti bakalan terharu. Ga jarang bagikan cerita di sosial media kamu. “Huft finally” begitulah kira-kira takarir gambar yang kamu berikan. Disaat saat seperti ini kamu bakal mikir kalo pertolongan Allah itu sangat dekat, iya bener banget. Sangat-sangat dekat. Tapi, kita termasuk orang yang kufur nikmat. Loh kenapa? Soalnya kita gabisa maksimalin waktu yang udah diberikan oleh Allah. Ga jarang kita menzolimi tubuh kita dengan tidur terlalu larut malam, atau bangun terlalu pagi untuk nugas bukan tahajud. Astagfirullah semoga kita terhindar dari prinsip seperti poin tiga di atas ya.

Setelah mengetahui apa saja faktor-faktor yang membuat kita malas yuk mulai kita kurangi dan kita ganti kebiasaan buruk kita. Kalo bukan sekarang kapan lagi?

*Silakan bagikan jika merasa tulisan ini bermanfaat dan tinggalkan komentar untuk mengoreksi kekurangan dalam tulisan. Terima kasih.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cula yang Tersembunyi di Balik Hutan Way Kambas

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan hewani. salah satu kekayaannya dibuktikan dengan luasnya hutan yang ada di Indonesia hingga mencapai 133.300.543 Hektar. Hutan Indonesia yang begitu luas menjadi alasan dijulukinya Indonesia sebagai salah satu paru-paru dunia. Pepohonan yang ada di hutan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis. Tidak hanya itu, masih banyak potensi hutan di Indonesia jika dimanfaatkan dengan baik. Salah satunya adalah hutan di Taman Nasional Way Kambas(TNWK) Lampung. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional Way Kambas sebagai ASEAN Heritage Park ke-36 memiliki luas 125.621,30 hektar merupakan habitat dari lima mamalia besar di Sumatra yaitu Gajah Sumatra, Badak Sumatra, Harimau Sumatra, Beruang Madu, dan Tapir. Taman Nasional ya

Kau dan Aku Adalah

Senang itu, ketika senyum simpul muncul dari kedua bibirmu. Terlebih karena aku. Sedih itu, ketika raut kekecewaan tergambar jelas diwajahmu. Lantaran aku. Canda itu, ketika kau bilang cinta. Ternyata hanya pura-pura. Candu itu senyummu, luka itu sedihmu dan bahagia itu ketika kau dan aku sungguh bisa besatu. Nyatanya, semesta tak memberikan ruang lebih kepada sang waktu. Sekadar mewujudkan yang semu menjadi temu. Faktanya, Tuhanpun berencana demikian, takdir tak membuat kau hadir meski hatiku ketar-ketir. Semua tampak nyata dalam imajinasiku. Maaf, mungkin ini sedikit halu. Aku sadar, karena sampai kapanpun. Kau dan aku adalah sebuah ketidakmungkinan.

Tidak Ada Korelasi Antara Lahan Gambut dan Asap

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Selain dikenal sebagai negara kepulauan, Indonesia juga di kenal sebagai paru-paru dunia. Luas kawasan hutan di Indonesia pada tahun 2018 sekitar 125,9 juta hektar, atau sebesar 63,7% dari luas daratan di Indonesia. Hutan di Indonesia digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan keadaan tanahnya. Antara lain hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan rawa bakau, hutan kerangas dan hutan tanah kapur. Hutan rawa gambut merupakan hutan yang ramai menjadi perbincangan belakangan ini. Hutan rawa gambut terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang belum terkomposisi secara sempurna. Kartawinata(2013) menyebutkan bahwa di Indonesia, hutan gambut terkonsentrasi di tiga pulau utama yakni Sumatra, Kalimantan, Papua dan sedikit di Sulawesi. Pembahasan mengenai hutan rawa gambut, tak ayal akibat maraknya terjadi kebakaran hutan di lahan gambut. Kebakaran hutan menghasilkan kepulan asap yang cukup tebal hingga dapat menyebabkan ISPA