Ada pepatah lama yang mengatakan tak kenal maka tak sayang. Sialnya aku lebih dulu "sayang" sebelum mengenalmu. Bagaimana mungkin? Mungkin saja, kita bisa saja jatuh hati meski belum pernah bertemu. Lalu bagaimana? Daring, menjadi salah satu jalan yang memiliki peluang itu. "Jatuh cintanya daring, patah hatinya luring" ini adalah kalimat ter-pahit yang pernah aku alami sebelumnya. Aku pernah... Mengharapkan temu yang tak kunjung kau jamu, mengharapkan rindu yang tak kunjung kau redam, mengharapkan janji yang tak pernah terbukti. Ya, benar. Daring mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Bahkan dulu... Aku begitu mengharapkanmu. Menunggu kabar yang tak kunjung ku dapat. Padahal kau hanya membalas pesan ketika sempat. "Aku ini kau anggap apa?" Pertanyaan bodoh yang sudah kuketahui jawabannya. Aku memilih menjauhimu lebih dulu, meski tanpa kau jelaskan berulang kali, aku sudah begitu paham. Bahwa kau memintaku untuk menjauh. Kini, mendengar namamu tak...
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Selain dikenal sebagai negara kepulauan, Indonesia juga di kenal sebagai paru-paru dunia. Luas kawasan hutan di Indonesia pada tahun 2018 sekitar 125,9 juta hektar, atau sebesar 63,7% dari luas daratan di Indonesia. Hutan di Indonesia digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan keadaan tanahnya. Antara lain hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan rawa bakau, hutan kerangas dan hutan tanah kapur. Hutan rawa gambut merupakan hutan yang ramai menjadi perbincangan belakangan ini. Hutan rawa gambut terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang belum terkomposisi secara sempurna. Kartawinata(2013) menyebutkan bahwa di Indonesia, hutan gambut terkonsentrasi di tiga pulau utama yakni Sumatra, Kalimantan, Papua dan sedikit di Sulawesi. Pembahasan mengenai hutan rawa gambut, tak ayal akibat maraknya terjadi kebakaran hutan di lahan gambut. Kebakaran hutan menghasilkan kepulan asap yang cukup tebal hingga dapat menyebabkan ISPA(Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Akibatnya, masyarakat berasumsi bahwa asap selalu berasal dari kebakaran hutan di lahan gambut. Asap merupakan uap yang dapat terlihat, yang di hasilkan dari pembakaran. Faktanya, asap yang di hasilkan tidak selalu berasal dari kebakaran lahan gambut. Jika kita menggunakan silogisme hipotesis dengan menentukan premis mayor lahan gambut dapat terbakar, dan premis minor sesuatu yang dapat terbakar menghasilkan asap. Kesimpulan yang diperoleh adalah lahan gambut menghasilkan asap. Sesuai dengan prinsip silogisme hipotesis kesimpulan itu tidak salah, namun kurang tepat. Karena asap hanya akan dihasilkan melalui proses pembakaran. Jadi, lahan gambut yang tidak terbakar, tidak akan pernah menghasilkan asap. Kebakaran hutan dapat terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor alam yakni kekeringan. Hutan gambut layaknya spons yang dapat menampung air ketika hujan. Sedangkan ketika musim kemarau, lahan gambut dapat mengatur hidrologi dalam menyeimbangkan ekosistem.
Maka dari itu, mengenal lebih jauh mengenai ekosistem gambut tropis di rasa sangat penting. Mengingat, ekosistem gambut kaya akan karbon dan keanekaragaman hayati. Uluran tangan manusia yang peduli dengan alam sangat diperlukan. Melestarikan hutan gambut sama saja mencegah keluarnya karbondioksida yang dapat memicu perubahan iklim. Sebaliknya, merusak hutan gambut hanya akan menimbulkan masalah baru. Ketika hujan tiba dapat menyebabkan banjir, karena lahan gambut yang menjadi tempat resapan telah rusak. Kemudian ketika kemarau, lahan gambut akan mudah terbakar hingga memicu kebakaran hutan dan lahan. Saat ini, hutan lahan gambut memberikan pilihan. Kita yang menentukan, ingin menjaga atau merusak.
Komentar
Posting Komentar